Nyawa yang Hilang Takkan Kembali, Boeing Harus Serius
Persoalannya, pada rute-rute tertentu, tidak ada pilihan untuk terbang dengan pesawat tertentu. Boeing pun harus serius.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Badan Penerbangan Federal (FAA) Amerika Serikat (AS) telah menyatakan, Boeing terbukti tidak mematuhi persyaratan kendali mutu dalam pembuatan pesawat terbang.
Temuan yang diumumkan oleh FAA, pada Senin (4/3/2024) ini, begitu mengejutkan. Boeing, dengan sejarah panjangnya yang lebih dari 100 tahun, ternyata mengalami persoalan internal yang berujung pada efek fatal. Salah satu efeknya adalah, insiden Boeing 737 MAX 9 Alaska Airlines.
Hari Jumat (5/1/2024), Boeing 737 MAX 9 Alaska Airlines dengan nomor penerbangan 1282 mengalami insiden pada ketinggian ribuan kaki. Pesawat Boeing itu sungguh beruntung masih dapat kembali mendarat darurat di Portland, Oregon, setelah terbang selama 20 menit.
Namun, keberuntungan sama sekali tidak boleh diandalkan dalam dunia penerbangan. Karena nyawa manusia tidak ada cadangannya. Kita jadi ingat kata-kata fisikawan Freeman Dyson, “penerbangan adalah salah satu cabang ilmu teknik yang tidak memaafkan kesalahan”.
Kita juga mengapresiasi temuan dari FAA terhadap Boeing. FAA sekali lagi membuktikan independensinya. Netralitas FAA tidak tergoyahkan sekalipun harus menyelidiki Boeing, produsen pesawat asli dari Amerika.
Selama penyelidikan berlangsung, Boeing berulang kali pula memperbaharui komitmennya terhadap kualitas produknya. Seolah memberi penekanan terhadap langkah-langkahnya, Boeing memberhentikan kepala program Boeing 737 MAX dan sejumlah pemimpin lainnya.
Persoalannya, temuan dari FAA mengindikasikan ada hal serius. Tidak hanya terkait kepemimpinan tetapi juga adanya celah dalam budaya keselamatan di Boeing. Menurut FAA, ada komunikasi terputus antara manajemen dan karyawan. Kehadiran peniup peluit untuk menjaga mutu produksi ternyata tidak terlalu mendapat tempat.
Kultur keterbukaan di dalam sebuah pabrikan pesawat—maupun dalam sebuah maskapai, mesti dipahami mutlak harus dijalankan. Miskomunikasi juga harus dilenyapkan. Kesalahpahaman seminimal apapun memang dapat berkontribusi untuk menurunkan tingkat keselamatan.
Dalam skala mikro, miskomunikasi misalnya pernah terjadi dalam penerbangan Korea Air 801. Miskomunikasi antara pilot dan kopilot Korea Air 801 dalam “membaca” cuaca saat pendaratan menyebabkan 229 orang meninggal dunia.
Miskomunikasi dalam bentuknya dengan demikian jangan sampai terjadi dalam proses pembuatan pesawat. Hal ini dikarenakan akan fatal dampaknya. Dalam beberapa pemberitaan terungkap kalau sekarang sudah ada penumpang yang menolak terbang dengan Boeing.
Persoalannya, pada rute-rute tertentu, sering kali tidak ada pilihan untuk terbang dengan jenis pesawat tertentu. Kerap terjadi, hanya ada satu maskapai yang melayani pada rute-rute tersebut.
Pabrikan pesawat seperti Boeing, tidak bisa tidak harus bekerja serius untuk menjamin keselamatan penumpang. Ingat, laba bisa dicari tapi nyawa yang hilang takkan pernah kembali.