Berpikir Berlebih
Sesuatu yang berlebihan, seperti ”overthinking” pada banyak peristiwa di pemilu yang baru lalu, tidak baik.
Menurut Smith & Alloy (2009), overthinking adalah kondisi orang terlalu berpikir berlebihan tentang kehidupan, pilihan, dan pengalaman seseorang. Kondisi itu sering kali menyebabkan kelumpuhan analisis, yang berakibat pengambilan keputusan menjadi sangat sulit.
Kondisi overthinking dapat terjadi saat pikiran bekerja terlalu keras, terus-menerus memikirkan berbagai kemungkinan, hasil potensial, dan skenario terburuk. Beberapa hal pemicu overthinking adalah perfeksionisme, ketakutan akan kegagalan, pengalaman negatif di masa lalu, dan perasaan harga diri yang rendah.
Berpikir berlebih menjadi berbahaya karena ketika seseorang terlalu banyak berpikir, mereka mungkin terus-menerus memikirkan kejadian di masa lalu, terlalu khawatir tentang masa depan, dan sering kali menebak-nebak sendiri. Boleh jadi mereka menghabiskan banyak waktu dan energi untuk menganalisis setiap detail situasi, yang dapat menyebabkan kelelahan mental dan menghambat kemampuan mereka untuk membuat keputusan yang jelas.
Berpikir berlebih tentu bisa terjadi pada semua orang dan akan berbahaya karena bisa berdampak pada kesehatan mental dan kesejahteraan seseorang secara keseluruhan. Terlebih lagi, hasil ide, hasil analisis dari overthinking yang mestinya didasari oleh kekhawatiran berlebihan lalu menjadi analisis yang berlebihan juga.
Lebih parah lagi jika ide dan analisis itu kemudian disebar ke media sosial yang banyak dibaca orang, karena beranggapan media sosial itulah salah satu yang dipercaya menjadi saluran penyebaran ide dan analisisnya. Yang terjadi, overthinking jadi ikut menyebar cepat seperti virus.
Setelah masa pemilu, virus overthinking berpotensi menyebar. Setidaknya, pada setiap tim sukses atau tim pemenangan pasangan calon, juga pada simpatisan yang menjelma menjadi pengamat dadakan dan personal advocacy (membela personal).
”Overthinking” dan strategi perusahaan
Jika overthinking berada dalam ranah individu dan masyarakat umum seperti di atas, apakah mungkin bisa terjadi dalam skala perusahaan? Apakah overthinking harus ditimbulkan dalam membuat strategi perusahaan?
Ada banyak potensi overthinking dalam penyusunan strategi perusahaan. Ketika memulai melakukan analisis, umumnya kondisi internal perusahaan dievaluasi dan dinilai, baru kemudian kondisi eksternal perusahaan. Itulah analisis paling populer, yaitu analisis SWOT.
Kondisi internal tentu saja menjadi analisis yang rasional karena yang paling paham kekuatan dan kelemahan perusahaan adalah perusahaan sendiri. Peluang potensi overthinking justru muncul lebih besar ketika analisis eksternal dilakukan, terkait peluang (opportunities) dan yang utama adalah tantangan (threats).
Faktor dari luar perusahaan adalah hal yang tidak bisa dikendalikan (uncontrollable), maka berbagai asumsi akan banyak muncul, dan segala skenario juga segera muncul.
Oleh karena itu, overthinking terhadap strategi perusahaan adalah kondisi yang mengacu pada analisis dan kontemplasi yang berlebihan terhadap berbagai kemungkinan dan skenario arah serta tujuan suatu perusahaan. Hal ini sering kali menyebabkan keragu-raguan dan kelambanan tindakan, karena proses berpikir berlebihan dapat menciptakan banyak sekali pilihan dan potensi hasil.
Hal ini sering kali menyebabkan keragu-raguan dan kelambanan tindakan.
Untuk menghindari pemikiran berlebihan mengenai strategi perusahaan, penting untuk menetapkan proses pengambilan keputusan yang jelas serta menetapkan tujuan dan sasaran yang realistis. Mencari masukan dari beragam kelompok pemangku kepentingan dan memanfaatkan data dan riset pasar dapat membantu memberikan perspektif yang lebih obyektif. Realistis dan obyektif menjadi kata kunci di sini.
Ada beberapa langkah atau poin untuk menghindari overthinking dalam perusahaan, terutama dalam penyusunan strategi perusahaan.
Yang pertama, tentu melakukan analisis cermat, tidak berdasarkan asumsi yang berlebihan. Memiliki data yang lengkap dan akurat dan juga kemampuan untuk mengolahnya (data mining) tentu memberi kepastian lebih baik sehingga bisa memprediksi dengan lebih tepat dan akurat.
Yang kedua adalah memercayai kompetensi dan pengalaman tim kepemimpinan dan tidak menebak-nebak setiap keputusan. Leadership memegang peran yang penting. Namun, berbahaya jika tim kepemimpinan telah terdampak overthinking sehingga tim kepemimpinan idealnya harus bebas dari virus overthinking.
Tim kepemimpinan idealnya harus bebas dari virus ’overthinking’.
Secara keseluruhan, menemukan keseimbangan antara analisis yang cermat dan tindakan tegas adalah kunci untuk menghindari pemikiran berlebihan mengenai strategi perusahaan. Dengan berfokus pada prioritas yang terpenting dan menyelaraskannya dengan visi perusahaan secara keseluruhan, para pemimpin dapat bergerak maju dengan percaya diri dan jelas.
Mencari kesempurnaan adalah hal yang wajar, tetapi penting juga untuk menyadari bahwa tidak ada keputusan atau strategi yang sempurna, dan penyesuaian selalu dapat dilakukan di sepanjang waktu. Oleh karena itu, kemampuan perusahaan penyesuaian terhadap lingkungan eksternal dan internal yang dinamis amat diperlukan.
Ilustrasi
Kemampuan dinamis, atau kemampuan untuk mengintegrasikan, membangun, dan mengonfigurasi ulang sumber daya, sangat penting dalam mempelajari keunggulan kompetitif dalam kondisi ketidakstabilan lingkungan (Eisenhardt dan Martin, 2000).
Kapabilitas dinamis memungkinkan perusahaan mempertahankan kompetensi baru mereka untuk memenuhi kebutuhan pasar yang berubah, dan mencakup kemampuan untuk mengintegrasikan, mempelajari, dan mengonfigurasi ulang keterampilan dan sumber daya organisasi internal dan eksternal (Teece et al, 1997).
Di samping itu, kapabilitas dinamis memungkinkan, pertama, untuk merasakan dan membentuk peluang. Kedua, untuk meraih peluang. Dan ketiga, untuk mempertahankan daya saing melalui peningkatan, penggabungan, perlindungan, dan konfigurasi ulang aset tak berwujud dan berwujud mereka (Teece, 2007).
Penting untuk disadari bahwa tidak semua pemikiran itu buruk. Adalah wajar dan perlu untuk mempertimbangkan berbagai pilihan dan konsekuensi dalam pengambilan keputusan. Berpikir adalah bagian penting dari keberadaan manusia dan juga perusahaan. Hal ini memungkinkan manusia dan perusahaan memahami dunia dan lingkungan yang dinamis, merencanakan masa depan, dan merenungkan masa lalu.
Namun, ketika pola berpikir menjadi berlebihan, berulang-ulang, dan terfokus secara negatif, hal tersebut dapat menyebabkan berpikir berlebihan dan terlalu banyak merenung. Kebiasaan mental ini mewakili sisi gelap dari pikiran kita yang dapat berdampak signifikan terhadap kesehatan mental, produktivitas, dan kualitas hidup secara keseluruhan (Roberts, 2023)
Sesuatu yang berlebihan, seperti overthinking pada banyak peristiwa di pemilu yang baru lalu, juga dalam merencanakan strategi perusahaan, akan menjadikan hal yang tidak baik.
Sri Bramantoro Abdinagoro adalah dosen senior pada Program Doctor of Research in Management Binus Business School. Ia juga anggota Indonesia Strategic Management Society (ISMC).