Asa dan Doa Warga Palembang bagi ”Garuda Muda” untuk Tembus Olimpiade 2024
Seusai kalah dari Uzbekistan, Indonesia U-23 diharapkan bangkit untuk menang atas Irak dalam perebutan peringkat ketiga.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
Kekalahan 0-2 tim Indonesia U-23 dari Uzbekistan U-23 dalam semifinal Piala Asia U-23 di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Qatar, Senin (29/4/2024), masih menyisakan kekecewaan mendalam di hati sejumlah warga Palembang, Sumatera Selatan. Namun, mereka tetap percaya diri ”Garuda Muda” bisa mengandaskan tim Irak U-23 dalam perebutan peringkat ketiga guna meraih tiket ke Olimpiade Paris 2024.
Warga Kelurahan Sialang, Kecamatan Sako, Syahroni (68), dan warga Kelurahan Lebong Gajah, Kecamatan Sematang Borang, Irzan (55), datang untuk memperbaiki mobil di salah satu kediaman warga di Kelurahan Duku, Kecamatan Ilir Timur II, Selasa (30/4/2024). Di sela istirahat, bukannya membahas kerusakan mobil, mereka justru asyik membahas hasil pertandingan antara Indonesia U-23 dan Uzbekistan U-23, Senin malam.
Kekecewaan mendalam masih begitu dirasakan oleh Syahroni dan Irzan. Mereka tak sudah-sudah membahas dugaan kontroversi yang dilakukan oleh Shen Yinhao, wasit asal China yang memimpin pertandingan tersebut. Bagi mereka, Shen Yinhao adalah biang keladi kekalahan Indonesia U-23 dari Uzbekistan U-23.
”Madaki gol Indonesia semalem idak sah. Padahal, wasit itu sudah jingok video rekaman berkali-kali. Jelas-jelas, posisi Sananta (Ramadhan Sananta, penyerang Indonesia) idak off-side pas Arhan (Pratama Arhan, bek sayap kiri Indonesia) ngasih umpan. Gilo nian wasit itu, memang dicari-carinyo kesalahan Indonesia supaya Indonesia kalah,” ujar Syahroni emosi.
Bukan hanya itu, mereka kesal dengan keputusan Shen Yinhao memberi kartu merah kepada bek sekaligus kapten Indonesia U-23 Rizky Ridho. ”Rizky itu, kan, nyapu bola. Pas kebetulan itu ado pemain Uzbekistan yang lagi belari ngejer bola. Idak mungkin idak betumburan mereka. Tapi, Rizky langsung narik kakinyo dari badan pemain Uzbekistan itu. Jelas-jelas itu idak disengajo,” lanjut Syahroni yang tidak bisa menahan emosinya.
Dua keputusan kontroversi itu semakin membenamkan Indonesia dalam kekalahan 0-2 dari Uzbekistan. Asa setinggi langit yang digantungkan oleh Syahroni dan Irzan yang ingin melihat para pemain muda Indonesia itu menembus final Piala Asia U-23 dan mengunci satu tiket ke Olimpiade 2024 pun sontak pupus ke dasar bumi.
”Kalu gol Ferrari (Muhammad Ferrari, bek Indonesia) itu sah, pasti pemain Indonesia tambah semangat. Yakin nian aku, kalau gol itu sah, Indonesia lolos ke final. Tapi, sudahlah, pertandingan semalem belum rezekinyo Indonesia,” kata Irzan yang coba meredam kekecewaannya.
Secara keseluruhan, performa Indonesia dalam laga itu dinilai tidak terlalu optimal. Gaya bermain yang penuh percaya diri sehingga bola mengalir indah dan sedap ditonton, seperti saat menang 4-1 atas Jordania dalam laga terakhir penyisihan grup, tidak mampu ditunjukkan Garuda Muda ketika menghadapi Uzbekistan.
”Mulai dari melawan Korea (Selatan) kemarin (dalam perempat final), sebenernyo permainan Indonesia sudah idak samo pecak melawan Jordania. Kalau permainan pecak melawan Jordania kemarin, yakin nian aku Indonesia pacak menang lawan Uzbekistan semalem,” tutur Irzan.
Terlepas dari kekecewaan itu, Syahroni dan Irzan tetap menaruh harapan Indonesia bisa lolos ke Olimpiade 2024. Syaratnya, para pemain Indonesia harus segera melupakan kekalahan dari Uzbekistan dan bisa lebih percaya diri serta mati-matian mengeluarkan kemampuan terbaik saat menghadapi Irak dalam perebutan peringkat ketiga Piala Asia U-23 di arena yang sama, Kamis (2/5/2024) malam.
Indonesia harus fokus dan main mati-matian untuk menang melawan Irak supaya pacak lolos langsung ke Olimpiade 2024.
”Walaupun maseh ado pertandingan playoff (melawan wakil Afrika, Guinea, kalau kalah dari Irak), Indonesia jangan mikir itu dulu. Indonesia harus fokus dan main mati-matian untuk menang melawan Irak supaya pacak lolos langsung ke Olimpiade 2024,” tutur Irzan.
Bola yang menyatukan
Performa apik Indonesia yang bisa mencapai semifinal Piala Asia U-23 betul-betul membakar semangat nasionalisme warga. Setidaknya, nyaris semua warga Palembang menyempatkan diri menonton perjuangan Indonesia saat menghadapi Uzbekistan. Ada yang memilih nonton sendiri ataupun nonton bersama keluarga di rumah. Ada pula yang mengadakan ataupun ikut nonton bersama di sejumlah tempat.
Pemerintah pun memfasilitasi warga untuk nonton bersama, antara lain di Plaza Benteng Kuto Besak dan halaman Kantor Gubernur Sumatera Selatan. Bahkan, ribuan orang terpantau memadati lokasi nonton bareng (nobar) di Plaza Benteng Kuto Besak yang berada di tepian Sungai Musi dekat Jembatan Ampera.
Fenomena itu membuat jalanan Palembang seketika lengang sejak petang hingga selesai pertandingan tersebut. Padahal, biasanya, jalanan Palembang dipadati kendaraan bermotor hingga menimbulkan kemacetan antara pukul 17.00 dan 19.00.
”Kemarin, saya sudah nunggu di lokasi nonton bareng sejak siang, sekalian kumpul dengan teman-teman,” ujar Rizki Prabu (28), warga yang ikut nobar tak jauh dari salah satu perguruan tinggi negeri di Palembang.
Saking sunyinya jalanan Palembang, terkadang terdengar suara teriakan warga yang terbawa emosi pertandingan, khususnya saat Indonesia sempat mencetak gol. Padahal, suara itu berasal dari radius belasan hingga puluhan meter.
Pengamat olahraga nasional, Fritz E Simandjuntak, saat dihubungi dari Palembang, mengatakan, laga Indonesia dan Uzbekistan bukan lagi soal pertandingan olahraga, melainkan suatu gelora semangat dan harapan baru bagi dunia sepak bola ataupun olahraga Indonesia.
Apa pun hasilnya, laga itu telah menyatukan kembali masyarakat yang sempat terkotak-kotak oleh perbedaan pandangan politik pada Pemilu 2024 beberapa waktu lalu.
Untuk sejenak, masyarakat melupakan permasalahan mereka pribadi maupun isu politik, isu korupsi, dan isu-isu lainnya yang sedang melanda negeri ini. Untuk sesaat, semuanya larut dalam euforia kebahagiaan bersama karena bangga dengan capaian bersejarah putra-putra terbaik Indonesia di pentas Piala Asia U-23.
”Dampak positif luar biasa yang diberikan oleh Indonesia U-23 melebihi hasil dari pertandingan semalam. Di atas lapangan, mereka memang kalah. Akan tetapi, mereka telah memenangkan hati semua masyarakat Indonesia. Berkat mereka, semangat persatuan dan kesatuan di antara masyarakat Indonesia erat kembali,” ujarnya.
Terlepas dari fenomena menakjubkan itu, Fritz menilai, fondasi permainan yang dibangun oleh pelatih Indonesia asal Korea Selatan Shin Tae-yong telah menemukan bentuknya. Hal itu patut diapresiasi dan terus didukung. Fritz pun mengapresiasi dukungan penuh yang diberikan oleh Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir untuk Shin Tae-yong dan timnas Indonesia di semua level usia.
Paling tidak, baru-baru ini, rentetan hasil positif Shin Tae-yong bersama timnas Indonesia membuat kontaknya diperpanjang hingga 2027. ”Apa yang dilakukan oleh Shin Tae-yong dan PSSI untuk timnas Indonesia telah berada di jalur yang tepat. Semoga mereka bisa terus meningkatkan capaian-capaian positif yang telah diraih sejauh ini,” katanya.
Menatap laga perebutan peringkat ketiga, Fritz berharap mental pemain Indonesia tidak kendur. Mereka harus kembali mengeluarkan kepercayaan diri penuh, seperti saat menghadapi Australia (laga kedua penyisihan grup), Jordania, ataupun Korea Selatan. Di sisi lain, disiplin tidak boleh diabaikan karena Irak bukan tim sembarangan.
”Indonesia punya kemampuan untuk menang melawan Irak asal tidak grogi seperti melawan Uzbekistan dan displin seperti melawan tim-tim kuat sebelumnya. Semoga mereka bisa mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya dengan menganggap laga melawan Irak sebagai pertandingan hidup-mati, terlepas masih ada laga playoff,” tutur Fritz.