Aktivitas Gempa Gunung Gamalama Meningkat, Status Waspada
Status Waspada, gempa di Gunung Gamalama terus meningkat sejak Februari. Jumlah gempa di Indonesia kini terus naik.
Oleh
RAYNARD KRISTIAN BONANIO PARDEDE
·3 menit baca
TERNATE, KOMPAS — Aktivitas Gunung Api Gamalama pada pertengahan Maret 2024 meningkat bila dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya. Di tengah musim hujan yang sedang melanda Indonesia, masyarakat di aliran sungai yang berhulu di gunung api tersebut diiimbau agar siaga menghadapi risiko aliran lahar. Kewaspadaan penting karena secara umum, jumlah gempa di Indonesia terus meningkat.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Gamalama, Dedi Nurani, mengatakan, hasil analisis kegempaan periode 1-15 Maret 2024 menunjukkan, ada peningkatan jumlah gempa di gunung tersebut bila dibandingkan dengan periode 16-29 Februari 2024. Selama periode Maret 2024 tersebut, tercatat 56 kali gempa vulkanik, 32 kali gempa hembusan, dan 52 kali gempa hybrid. Selain itu, terjadi pula 54 kali gempa tektonik lokal, 166 kali gempa tektonik jauh, dan satu kali gempa getaran banjir.
Kenaikan jumlah gempa embusan di gunung api aktif di Kota Ternate, Maluku Utara, tersebut terjadi karena pergerakan magma di dapur magma meningkat. Sementara gempa hybrid mengindikasikan magma naik ke permukaan sehingga menyebabkan retakan di dinding kawah gunung api.
Dari pengamatan visual terbaru, tinggi asap kawah di Gunung Gamalama mencapai 100 meter dari puncak. Asap kawah berwarna putih juga masih terlihat dengan intensitas sedang hingga tebal. Berdasarkan hasil analisis tersebut, Gunung Gamalama berada di Level II atau Waspada. Masyarakat dan wisatawan diimbau untuk tidak beraktivitas dalam radius 1,5 kilometer dari kawah utama puncak Gunung Gamalama.
”Aktivitas kegempaan Gunung Gamalama fluktuatif tetapi masih tetap tinggi. Kemunculan gempa vulkanik mengindikasikan adanya aktivitas pasokan magma baru di bawah permukaan,” ujarnya di Ternate, Maluku Utara, Senin (18/3/2024).
Adapun Gunung Gamalama terletak di eks ibu kota Provinsi Maluku Utara, Ternate. Di kaki gunung ini terdapat ribuan permukiman warga. Sebelumnya, gunung api ini terakhir kali erupsi pada 2018. Salah satu letusan terbesar terjadi tahun 1980. Akibat hal tersebut, hampir setengah penduduk Kota Ternate atau sebanyak 50.828 orang diungsikan (Kompas, 11/9/1980).
Ia menambahkan, pada musim hujan, masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai yang berhulu di kawasan puncak Gunung Gamalama juga waspada. Imbauan ini penting agar warga siaga terhadap risiko aliran lahar. Apalagi, menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada bulan Maret ini, hampir 78 persen wilayah Indonesia sudah memasuki musim hujan.
Sementara itu, di Provinsi Maluku, BMKG mencatat 36 gempa pada periode 8-14 Maret 2024. Kepala Stasiun Geofisika BMKG Ambon Djati Cipto Kuncoro mengatakan, gempa didominasi oleh gempa bumi dangkal. Gempa bumi dangkal dengan kedalaman kurang dari 60 kilometer tersebut terjadi di Laut Seram bagian utara.
Zona megathrust di Mentawai, Selat Sunda, Bali bagian selatan, dan Laut Maluku bagian utara belum mencatatkan gempa besar sehingga perlu diwaspadai.
Lalu, gempa bumi dengan kedalaman menengah atau di kedalaman 60-300 kilometer terjadi di terjadi di Laut Banda bagian selatan. Dua kali gempa bumi yang terjadi dalam sepekan tersebut menyentuh skala II-III Modified Mercalli Intensity (MMI). Warga juga turut diimbau untuk menyiapkan upaya mitigasi untuk meminimalkan dampak gempa. ”Dari 36 gempa, sebanyak 2 gempa dirasakan oleh masyarakat,” ujarnya.
Celah seismik
Secara keseluruhan, sejak 2008, jumlah gempa di Indonesia terus naik. Dalam kesempatan terpisah, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menuturkan, pada tahun 2008, gempa rata-rata terjadi sebanyak 2.400 kali. Namun, jumlah ini terus naik setiap tahunnya hingga di angka 9.000 gempa pada tahun 2019. Lalu, naik lagi pada 2021 di angka 11.386 kali, dan pada 2023 tercatat sebanyak 10.983 gempa.
Ia menambahkan, sumber gempa Indonesia berasal dari dua hal, yakni banyaknya zona megathrust dan sesar aktif. Megathrust terbentuk dari tubrukan dua lempeng bumi sehingga menimbulkan getaran kuat yang menyebabkan gempa. Sementara untuk sesar aktif, gempa terjadi akibat gerakan patahan batuan bumi.
Di Indonesia, terdapat 13 zona megathrust dengan potensi gempa yang cukup besar. Khusus di Maluku, zona megathrust terbentuk dari tubrukan Lempeng Filipina dan Lempeng Eurasia. Gempa yang terjadi di zona ini berpotensi mencapai angka magnitudo 8,5. Adapun sesar aktif di Indonesia tercatat sebanyak 295 sesar.
Sumber gempa Indonesia berasal dari dua hal, yakni banyaknya zona megathrust dan sesar aktif.
Indonesia dinilai perlu mewaspadai dampak dari gempa dari zona megathrust di masa depan. Hal ini karena dari belasan zona megathrust, masih terdapat beberapa zona yang belum mencatatkan gempa besar, yakni di daerah perairan Mentawai, Selat Sunda, perairan Bali bagian selatan, dan Laut Maluku bagian utara. Gempa di zona megathrust terbesar di Indonesia sendiri terjadi saat peristiwa tsunami Aceh tahun 2004 dengan magnitudo 9,2.
”Dalam ratusan tahun, zona ini belum mengalami gempa besar, atau seismic gap. Zona ini yang patut diwaspadai,” ujarnya.