Ditemukan Protein Darah yang Dapat Memberikan Peringatan Dini Kanker
Penelitian terbaru mendekatkan kita untuk mencegah kanker dengan obat-obatan yang ditargetkan.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua penelitian dari Oxford Population Health telah menemukan protein dalam darah yang dapat memperingatkan orang akan kanker lebih dari tujuh tahun sebelum penyakit itu didiagnosis. Temuan ini menjadi terobosan baru yang mendekatkan kita pada kemampuan mencegah kanker dengan obat-obatan yang ditargetkan.
Para ilmuwan mengidentifikasi 618 protein yang terkait dengan 19 jenis kanker, termasuk 107 protein pada sekelompok orang yang darahnya dikumpulkan setidaknya tujuh tahun sebelum diagnosis. Tim telah menemukan bahwa protein ini dapat terlibat pada tahap paling awal dari kanker sehingga penyakit itu dapat dicegah sejak dini.
Kedua penelitian ini diterbitkan di jurnal Nature Communications. Penelitian pertama, dengan penulis utama Joshua Atkins dari Oxford Population Health University of Oxford, diterbitkan pada 29 April 2024. Penelitian dengan penulis utama Keren Papier dari Cancer Epidemiology Unit University of Oxford diterbitkan pada Rabu (15/5/2024).
Kedua penelitian ini menggunakan teknik canggih yang disebut proteomik. Dengan metode ini, para ilmuwan bisa menganalisis sekumpulan besar protein dalam sampel jaringan pada satu titik waktu. Dengan demikian, peneliti bisa melihat bagaimana protein itu berinteraksi satu sama lain dan menemukan perbedaan penting dalam protein di antara sampel jaringan yang berbeda.
Dalam studi pertama, para ilmuwan menganalisis sampel darah dari UK Biobank yang diambil dari lebih dari 44.000 orang, termasuk lebih dari 4.900 orang yang kemudian didiagnosis menderita kanker.
Dengan menggunakan proteomik, tim menganalisis 1.463 protein dari satu sampel darah setiap orang. Mereka membandingkan protein orang-orang yang terdiagnosis kanker dan yang tidak terdiagnosis kanker untuk mencari perbedaan penting di antara mereka dan mencari tahu protein mana yang terkait dengan risiko kanker. Para ilmuwan juga mengidentifikasi 182 protein yang berbeda dalam darah tiga tahun sebelum diagnosis kanker ditegakkan.
Dalam studi kedua, para ilmuwan melihat data genetik dari lebih dari 300.000 kasus kanker untuk mengetahui lebih dalam protein darah yang terlibat dalam perkembangan kanker dan dapat menjadi sasaran pengobatan baru.
Faktor protein darah
Para ilmuwan menemukan, 40 protein dalam darah mempengaruhi risiko seseorang terkena sembilan jenis kanker berbeda. Meskipun mengubah protein ini dapat meningkatkan atau menurunkan kemungkinan seseorang terkena kanker, para ilmuwan juga menemukan, dalam beberapa kasus hal ini dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.
Tim menekankan, mereka perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui peran pasti protein-protein ini dalam perkembangan kanker. Mereka ingin mengetahui protein mana yang paling dapat diandalkan untuk diuji, tes mana yang dapat dikembangkan untuk mendeteksi protein di dalamnya, klinik, dan obat apa yang dapat menargetkan protein ini.
Kami membangun gambaran yang lebih komprehensif tentang bagaimana gen memengaruhi perkembangan kanker selama bertahun-tahun.
Keren Papier, dalam rilis University of Oxford, mengatakan, untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa pasien kanker, kita perlu lebih memahami apa yang terjadi pada tahap awal penyakit ini. ”Data dari ribuan orang dengan kanker telah mengungkapkan wawasan yang sangat menarik tentang bagaimana protein dalam darah kita dapat memengaruhi risiko kanker. Sekarang kita perlu mempelajari protein ini secara mendalam untuk melihat protein mana yang dapat digunakan untuk pencegahan,” katanya.
Joshua Atkins menambahkan, ”Gen yang kita miliki sejak lahir, dan protein yang dihasilkan darinya, sangat berpengaruh pada bagaimana kanker bermula dan tumbuh. Terima kasih kepada ribuan orang yang memberikan sampel darahnya ke UK BioBank, kami membangun gambaran yang lebih komprehensif tentang bagaimana gen memengaruhi perkembangan kanker selama bertahun-tahun.”
Menurut Atkins, dengan temuan ini, para peneliti bisa memperkirakan bagaimana tubuh akan merespons obat yang menargetkan protein tertentu, termasuk banyak potensi efek samping. Sebelum uji klinis dilakukan, peneliti memiliki beberapa indikasi awal mengenai protein mana yang mungkin dihindari untuk ditargetkan karena efek samping yang tidak diinginkan.
Mencegah kanker
Karl Smith-Byrne, ahli epidemiologi molekuler di Oxford Population Health yang turut menulis makalah pertama dan kedua, mengatakan, ”Penelitian ini mendekatkan kita pada kemampuan mencegah kanker dengan obat-obatan yang ditargetkan—yang tadinya dianggap mustahil, tetapi kini lebih bisa dicapai.”
Sementara itu, Ruth Travis, ahli epidemiologi molekuler yang turut menulis kedua penelitian tersebut, mengamati, ”Untuk dapat mencegah kanker, kita perlu memahami faktor-faktor yang mendorong tahap awal perkembangannya. Penelitian-penelitian ini penting karena memberikan gambaran banyak petunjuk baru tentang penyebab dan biologi berbagai jenis kanker, termasuk wawasan tentang apa yang terjadi bertahun-tahun sebelum kanker didiagnosis.”
Menurut Travis, kini para peneliti memiliki teknologi yang dapat melihat ribuan protein pada ribuan kasus kanker, mengidentifikasi protein mana yang berperan dalam perkembangan kanker tertentu, dan mana yang mungkin memiliki efek umum pada berbagai jenis kanker.
”Mencegah kanker berarti memperhatikan tanda-tanda peringatan awal penyakit ini. Itu berarti penelitian yang intensif dan telaten untuk menemukan sinyal molekuler yang harus kita perhatikan,” kata Iain Foulkes, Direktur Eksekutif Riset dan Inovasi Cancer Research UK.
Penemuan dari penelitian ini merupakan langkah pertama yang penting dalam menawarkan terapi pencegahan. Langkah ini diharapkan dapat memberikan kehidupan yang lebih lama, lebih baik, dan bebas dari rasa takut terhadap kanker kepada masyarakat.