Pola Makan Sehat Berdampak pada Kesehatan Otak dan Mental
Pola makan yang sehat dan seimbang memengaruhi kesehatan otak, fungsi kognitif, dan kesejahteraan mental.
Oleh
AHMAD ARIF
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa pola makan yang sehat dan seimbang memengaruhi kesehatan otak, fungsi kognitif, dan kesejahteraan mental yang lebih baik. Studi ini juga menyoroti pentingnya kebijakan publik dalam mempromosikan pilihan makan sehat yang mudah diakses dan terjangkau oleh masyarakat.
Ruohan Zhang dari Department of Computer Science, University of Warwick, Inggris, menjadi penulis pertama kajian yang diterbitkan di Nature Mental Health edisi April 2024. Sementara peneliti utama adalah Profesor Jiang Feng dari University of Warwick dan Wei Chang dari Institute of Science and Technology for Brain-Inspired Intelligence, Fudan University, China.
Dalam kajian ini, para peneliti menganalisis pilihan makanan dari 181.990 sampel di Biobank Inggris. Peneliti kemudian melakukan serangkaian evaluasi fisik, termasuk fungsi kognitif, biomarker metabolisme darah, pencitraan otak, dan genetika, guna mengungkap wawasan baru tentang hubungan antara nutrisi dan kesejahteraan pada keseluruhan makhluk.
Preferensi makanan setiap peserta dikumpulkan melalui kuesioner online, yang kemudian dikategorikan oleh tim ke dalam 10 kelompok (seperti alkohol, buah-buahan, dan daging). Mesin pembelajaran berbasis kecerdasan buatan membantu para peneliti menganalisis kumpulan data yang besar.
Ditemukan bahwa pola makan yang seimbang berpengaruh pada kesehatan mental yang lebih baik, fungsi kognitif yang lebih baik, dan bahkan jumlah materi abu-abu yang lebih tinggi di otak—yang terkait dengan kecerdasan—dibandingkan dengan mereka yang pola makannya kurang bervariasi.
Studi ini juga menyoroti perlunya modifikasi pola makan secara bertahap, terutama bagi individu yang terbiasa dengan makanan yang sangat enak tetapi kekurangan nutrisi. Dengan mengurangi asupan gula dan lemak secara perlahan dari waktu ke waktu, individu mungkin secara alami tertarik pada pilihan makanan yang lebih sehat.
Para ilmuwan percaya bahwa faktor genetik juga dapat berkontribusi pada hubungan antara pola makan dan kesehatan otak. Hal ini menunjukkan bagaimana kombinasi kecenderungan genetik dan pilihan gaya hidup membentuk kesejahteraan.
Dengan temuan ini, para peneliti menekankan pentingnya menetapkan preferensi makanan sehat sejak dini. ”Mengembangkan pola makan yang sehat dan seimbang sejak usia dini sangat penting untuk pertumbuhan yang sehat. Untuk mendorong pengembangan pola makan yang sehat dan seimbang, baik keluarga maupun sekolah harus menawarkan beragam makanan bergizi dan memupuk lingkungan yang mendukung fisik dan kesehatan mental mereka,” tutur Jiang Feng.
Studi ini mendukung perlunya tindakan mendesak pemerintah untuk mengoptimalkan kualitas makanan anak-anak demi melindungi kesehatan dan kehidupan generasi masa depan.
Menyikapi implikasi penelitian yang lebih luas, Feng menekankan peran kebijakan publik dalam mempromosikan pilihan makan sehat yang mudah diakses dan terjangkau. ”Karena pilihan pola makan dapat dipengaruhi oleh status sosial ekonomi, penting untuk memastikan bahwa hal ini tidak menghalangi individu untuk menerapkan profil pola makan sehat dan seimbang,” katanya.
Wei Cheng menambahkan, temuan ini menggarisbawahi hubungan antara pola makan dan kesehatan otak. Penelitian ini juga mendesak upaya bersama dalam meningkatkan kesadaran gizi dan mendorong kebiasaan makan yang lebih sehat di berbagai populasi.
Richard Pemberton, Certified Lifestyle Physician dan GP, Hexagon Health, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, dalam rilis yang dikeluarkan University of Warwick menyampaikan, penelitian menarik ini lebih lanjut menunjukkan bahwa pola makan yang buruk berdampak buruk tidak hanya pada kesehatan fisik kita, tetapi juga kesehatan mental dan otak.
Studi ini mendukung perlunya tindakan mendesak pemerintah untuk mengoptimalkan kualitas makanan anak-anak demi melindungi kesehatan dan kehidupan generasi masa depan. ”Kami juga berharap hal ini memberikan bukti lebih lanjut untuk memotivasi kita semua untuk membuat pilihan gaya hidup yang lebih baik, untuk meningkatkan kesehatan kita dan mengurangi risiko terkena penyakit kronis,” ujar Pemberton.