Delta Electronic, di Balik Transisi Industri Kendaraan Listrik Thailand
Sebagai salah satu pusat industri otomotif, Thailand kini bertransformasi menuju industri kendaraan listrik.
Thailand telah dikenal sebagai pusat industri otomotif Asia Tenggara. Kini, negara itu berambisi menjadi pusat mobilitas masa depan dengan bertransisi membangun kendaraan listrik. Delta Electronics Thailand menyediakan komponen elektronika untuk melakukan transisi itu.
Delta Electronics Thailand sebenarnya merupakan anak perusahaan Delta Group yang didirikan di Taiwan pada 1971 dengan produk awal berupa kumparan defleksi TV, komponen elektronik, dan magnet belitan. Belakangan, Delta Thailand berkembang paling pesat, terutama dengan aneka produk pendukung kendaraan listrik seperti manajemen daya, pengisi daya onboard dan konverter DC/DC, inverter traksi dan motor traksi, hingga solusi manajemen termal dan komponen pasif untuk penghematan energi.
Pelanggan global Delta mencakup produsen otomotif terkemuka dari Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Sejak 2010, Delta Thailand sebenarnya telah memproduksi produk elektronika listrik untuk pelanggan global di Pabrik Delta 1 dengan luas lantai 25.000 meter persegi.
Ketika pasar mobil listrik di Eropa dan Amerika Serikat cenderung stagnan, Delta Electronics Thailand justru meresmikan Pabrik Delta 8 serta Pusat Riset dan Pengembangan barunya di Kawasan Industri Bangpoo, Thailand pada Jumat (23/3/2024). Fasilitas baru ini ditujukan untuk melayani pengembangan produk terkait kendaraan listrik.
”Sebelumnya, mayoritas R&D (riset dan pengembangan) kami berlokasi di Jerman untuk pelanggan Eropa dan Taiwan untuk pelanggan Amerika. Kini, kami membawa lebih banyak sumber daya ke Thailand untuk mendukung kemampuan kami melayani semua pelanggan,” kata Jackie Chang, Presiden Delta Thailand.
Perluasan produksi dan pengembangan produk elektronika bagi daya kendaraan listrik di Thailand ini sepertinya juga dilakukan untuk membidik pasar kendaraan listrik di Asia yang mulai tumbuh, utamanya China, termasuk juga Indonesia.
Peresmian pabrik baru ini dihadiri Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Thailand, Srettha Thavisin, yang menunjukkan besarnya dukungan Pemerintah Thailand terhadap industri ini. ”Investasi baru ini sejalan dengan kebijakan Thailand untuk menjadi pusat mobilitas masa depan dan pusat ekonomi digital,” kata Thavisin.
Baca juga: Butuh Waktu Bentuk Ekosistem Kendaraan Listrik
Transformasi industri otomotif
Sektor otomotif Thailand sebenarnya sudah ada sejak awal tahun 1960-an, ketika raksasa Jepang, Toyota dan Nissan, masing-masing mendirikan pabrik produksi pertama mereka di pinggiran ibu kota Bangkok. Pada tahun 1979, Mercedes-Benz, merek Eropa, turut membangun pabrikan di Thailand.
Selama beberapa dekade berikutnya, Pemerintah Thailand terus memperkenalkan paket insentif untuk memikat perusahaan-perusahaan otomotif besar. Saat ini, hampir setiap pembuat mobil terkemuka di dunia telah mendirikan fasilitas produksi di Thailand.
Thailand kini menjadi negara produsen mobil nomor 1 di Asia Tenggara dan negara produsen otomotif terbesar ke-10 di dunia. Data Federasi Industri Thailand (FTI), produksi mobil di negeri ini diperkirakan 1,88 juta kendaraan setiap tahun. Selain kendaraan besar, Thailand juga menjadi pusat perakitan sepeda motor.
Ketidakpastian seputar harga minyak serta krisis lingkungan selama ini memperlambat perkembangan industri otomotif global. Agar dapat bersaing di pasar dunia, banyak perusahaan yang menawarkan inisiatif keberlanjutan, di antaranya dengan beralih ke perusahaan listrik atau menggabungkan baterai dan teknologi mutakhir lainnya untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar dan mengurangi emisi karbon.
Berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA) pada 2023, total penjualan mobil pada 2022 turun 3 persen dibandingkan tahun 2021. Namun, penjualan mobil listrik, baik kendaraan listrik baterai maupun kendaraan listrik hibrida, telah naik 55 persen, melebihi 10 juta unit.
Hanya dalam waktu lima tahun, dari tahun 2017 hingga 2022, penjualan kendaraan listrik melonjak dari sekitar 1 juta menjadi lebih dari 10 juta. Sebelumnya, dibutuhkan waktu lima tahun dari tahun 2012 hingga 2017 agar penjualan kendaraan listrik tumbuh dari 100.000 menjadi 1 juta, yang menunjukkan sifat eksponensial dari pertumbuhan penjualan kendaraan listrik.
Lonjakan volume kendaraan listrik didorong dengan menurunnya harga baterai, yang merupakan komponen paling mahal dari produk ini. Kemajuan teknologi telah mendorong lahirnya alternatif baterai yang lebih padat energi.
Baterai memang menjadi perhatian utama dalam produksi kendaraan listrik. Namun, ada banyak komponen pendukung lain yang sebenarnya tidak kalah penting, di antaranya manajemen daya dan pengisi daya cepat juga berbagai perangkat elektronika lain.
Jika sebelumnya nikel (Ni) menjadi bagian penting bagi produksi baterai litium, belakangan muncul lithium iron phosphate (LFP) yang lebih murah dan mudah diperoleh. Berdasarkan laporan Yu Miao dari Baylor University, Amerika Serikat, dan tim di jurnal Energies (2019), dari enam baterai Li-ion di pasaran, LFP dianggap sebagai salah satu bahan kimia teraman dan memiliki umur panjang sehingga memungkinkan penggunaannya dalam sistem penyimpanan energi.
Pembatasan ekspor bijih nikel di sejumlah negara, termasuk dari Indonesia, telah memicu para periset dan industri, terutama dari negara-negara maju untuk mencari alternatif baru bahan baterai. ”Ini adalah permainan biaya,” kata Yoyoi Sekine, kepala riset energi BloombergNEF, dalam MIT Technoloy Review (2023).
Baterai memang menjadi perhatian utama dalam produksi kendaraan listrik. Namun, ada banyak komponen pendukung lain yang sebenarnya tidak kalah penting, di antaranya manajemen daya dan pengisi daya cepat juga berbagai perangkat elektronika lain.
Di sinilah Delta Electronics mengambil ceruk pasar. Sistem pengisian daya Delta Electronics ini bisa diterapkan untuk listrik baterai, kendaraan listrik hibrida, bahkan juga disiapkan untuk kendaraan hidrogen. Perusahaan ini memilih menekuni komponen elektronika dari mobil listrik, dibandingkan pada produksi baterai yang masih terus berkembang.
Dengan mengambil ceruk ini, CEO Delta Thailand Victor Cheng optimistis dengan masa depan mereka. Di sisi lain, bagi Pemerintah Thailand, investasi Delta Electronics adalah pembuka untuk mencapai netralitas karbon pada 2050. Mengingat fondasi sektor otomotif yang sudah kuat di negara mereka, maka transisi produksi ke kendaraan listrik menjadi salah satu prioritasnya.
Komite Kebijakan Kendaraan Listrik Nasional Thailand telah menetapkan target, sebanyak 30 persen dari total produksi kendaraan mereka pada 2030 adalah kendaraan listrik. Itu berarti, pada tahun itu mereka akan memproduksi sekitar 750.000 kendaraan listrik dan pada 2040 jumlah kendaraan listrik akan meningkat menjadi 2,5 juta.
Peluang Indonesia
Produksi otomotif Indonesia sebenarnya tak kalah jauh dibandingkan Thailand. Tahun 2022, Indonesia menjadi negara kesebelas dengan jumlah produksi mobil terbanyak di dunia.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), tahun 2022 Indonesia memproduksi 1,4 unit kendaraan bermotor.
Industri mobil listrik, selain sepeda motor listrik, juga mulai tumbuh di Indonesia. Sejauh ini, setidaknya sudah 2 produsen mobil yang telah membangun pabrik dan memulai produksi di Indonesia, yaitu Hyundai Motors dari Korea Selatan, juga Wuling Motors dari China, belakangan ada Build Your Dream (BYD), juga dari China.
Kini Indonesia tengah berproses membangun ekosistem kendaraan listrik terintegrasi dengan dibangunnya pabrik baterai listrik di Karawang, yang dijadwalkan selesai tahun ini. Meskipun demikian, tanpa dukungan industri penyedia manajemen daya dan elektronika yang kuat, ekosistem itu dinilai belum lengkap.
Menurut Johnny Tam, Delta Indonesia Country Manager, produk Delta sebenarnya sudah banyak digunakan di Indonesia, di antaranya, infrastruktur pusat data, manufaktur dan otomasi berbasis kecerdasan buatan, solusi tenaga untuk sistem telekomunikasi, penyimpanan energi, dan infrastruktur pengisian kendaraan listrik.
”Pada 2019, kami meluncurkan pengisi daya cepat DC (150kW) pertama Delta di Asia Tenggara di Indonesia. Sejak itu, kami telah mendukung banyak acara besar sebagai pemasok utama pengisian daya kendaraan listrik. Kami mendukung tujuan Pemerintah Indonesia untuk mempromosikan e-mobilitas untuk transportasi rendah emisi karbon,” katanya.
Baca juga: Delta Electronics Menjadikan Thailand Pusat Inovasi Kendaraan Listrik
Meskipun demikian, hingga saat ini, Delta Electronics belum memproduksi berbagai produknya di Indonesia. ”Kami sedang mempertimbangkan untuk melakukan beberapa pertemuan lokal dengan mitra kami, setelah melakukan beberapa survei mengenai kebutuhan pasar. Secara keseluruhan, Delta Indonesia menantikan pertumbuhan dan kesuksesan yang lebih pesat di pasar yang sangat potensial ini,” katanya.