”Cash Out” karya terbaru Randall Emmett, ditulis Dipo Oseni dan Doug Richardson. Bercerita tentang perampokan bank.
Oleh
MOHAMMAD HILMI FAIQ
·4 menit baca
Dengan menyajikan kisah perampokan bank yang dramatis dan konflik interpersonal yang kompleks, Cash Out mengeksplorasi tema yang menarik, meskipun kurangnya adegan laga yang memadai, yang mungkin mengecewakan beberapa penonton. Serba nanggung.
Nama John Travolta sudah tak asing lagi bagi penikmat film, terutama bagi mereka penikmat film action dari era 1970-an hingga awal 2000-an. Dengan berbagai peran ikonik yang telah dilakoninya, Travolta telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam industri perfilman. Meskipun namanya kini tak sebesar dahulu, sang aktor legendaris ini masih tetap aktif di layar lebar. Salah satu film terbaru yang dibintanginya adalah Cash Out.
Cash Outmerupakan karya terbaru dari sutradara Randall Emmett. Film ini ditulis oleh Dipo Oseni dan Doug Richardson, dua penulis yang juga memiliki rekam jejak yang mengesankan di dunia perfilman.
Travolta, yang pernah memukau penonton dengan aktingnya dalam film-film seperti Grease dan Pulp Fiction, kali ini berperan sebagai salah satu karakter utama dalam Cash Out. Film ini juga dibintangi oleh sejumlah aktor berbakat lainnya seperti Kristin Davis, yang dikenal melalui serial Sex and the City; Lukas Haas, yang telah membintangi berbagai film sejak kecil; serta Quavo, rapper terkenal yang kini merambah dunia akting.
Cash Out berkisah tentang sekelompok perampok yang dipimpin oleh Mason Goddard (John Travolta). Ketegangan dimulai ketika Amelia Deckard (Kristin Davis), salah satu personel yang juga merupakan kekasih Mason, tiba-tiba mengkhianati kelompok tersebut dan mengungkapkan bahwa dirinya adalah agen Federal Bureau of Investigation (FBI) yang menyamar. Mason dan timnya berhasil melarikan diri, meninggalkan Amelia. Namun, keadaan kembali memanas ketika Shawn, adik Mason, nekat melakukan perampokan yang memaksa Mason kembali berhadapan dengan Amelia.
Meski elemen perampokan menjadi inti plot dari film ini, Cash Out lebih dari sekadar aksi dan ketegangan. Film ini mengangkat kisah cinta yang tak kunjung padam antara Mason dan Amelia di tengah situasi perampokan yang menegangkan.
Film ini dibuka dengan adegan yang memperlihatkan kemesraan antara Mason dan Amelia. Adegan ini tidak hanya membangun fondasi hubungan mereka, tetapi juga menambah lapisan emosional yang dalam ketika Amelia mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya sebagai agen FBI. Kejutan ini tidak hanya mematahkan kepercayaan Mason, tetapi juga menghancurkan hatinya. Namun, bukannya marah karena dikhianati, Mason justru merasa patah hati saat Amelia tidak lagi berada di timnya.
Romansa yang rumit ini terus berlanjut ketika Mason harus menangani kekacauan akibat perampokan yang dilakukan adiknya. Alih-alih merasa tertekan, Mason justru senang mengetahui bahwa ia harus melakukan negosiasi dengan Amelia. Adegan ini memberikan lapisan emosional yang unik dan memperlihatkan bagaimana perasaan Mason terhadap Amelia tetap kuat meskipun mereka berada di sisi yang berlawanan.
Namun, dengan adanya adegan romansa yang cukup kental, sisi genre laga yang seharusnya menjadi plot utama film ini terasa memudar. Minimnya adegan laga membuat Cash Out kurang maksimal dalam menyajikan cerita perampokan yang ditunggu-tunggu penonton. Mayoritas plot justru berfokus pada kisah gagal move on antara Mason dan Amelia, mengurangi perasaan tegang yang biasanya diharapkan dari film laga. Jadinya nanggung.
Plot cerita dalam film ini berlanjut ketika Mason dan timnya yang terjebak dan dikepung oleh FBI harus melakukan negosiasi dengan Amelia. Melalui negosiasi tersebut, Mason harus membebaskan pengunjung bank yang menjadi tawanan setiap jamnya. Terdengar familiar?
Film ini seakan mengingatkan pada serial heist asal Spanyol yang cukup populer dan telah diproduksi ulang beberapa kali oleh negara lain, berjudul Money Heist atau La Casa de Papel. Jika kita mundur sejenak dan melihat kesamaan dengan Money Heist, tidak bisa dimungkiri bahwa elemen-elemen cerita dalam film ini membawa kita pada nuansa yang sama.
Money Heist juga menghadirkan ketegangan yang melibatkan pengepungan pihak berwenang, penyanderaan, dan aksi yang dirancang dengan cermat oleh para perampok. Begitu pula dengan adanya pengeboran bawah tanah yang digunakan sebagai salah satu strategi melarikan diri, yang seakan menjadi tanda khas dari genre ini setelah kesuksesan Money Heist.
Seperti halnya Profesor dan Raquel Murillo dalam Money Heist, film ini juga mengeksplorasi dinamika hubungan antara Mason dan Amelia. Namun, sementara Money Heistsering kali menyeimbangkan aksi dengan drama, Cash Out lebih terfokus pada elemen emosional dan komedi, mengurangi intensitas aksi yang biasanya diharapkan dari film perampokan.
Money Heist dikenal karena ketegangan yang konstan dan perencanaan cerdas dari tokoh-tokohnya. Sementara itu, Cash Out menonjolkan konflik batin Mason setelah pengkhianatan Amelia dan usahanya untuk menangani kekacauan yang diakibatkan oleh adiknya. Ketegangan dalam Cash Out lebih banyak berasal dari drama interpersonal daripada aksi perampokan itu sendiri.
Meskipun diharapkan menjadi sebuah hit, film ini justru mengecewakan banyak penonton, hanya meraih rating 4.6 dari 10 di IMDb dan 22 persen dari 100 persen di Rotten Tomatoes. Bagi penikmat genre lagayang mencari ketegangan penuh, letupan tembakan, dan adrenalin tinggi, Cash Out mungkin terasa kurang memuaskan. Film ini lebih cocok bagi mereka yang menikmati film laga ringan yang dibumbui dengan komedi dan romansa, tapi terlalu tanggung.
Catatan:Tulisan ini hasil kolaborasi dengan mahasiswa magang di harian Kompas, Daffa Almaas Pramesthy, Hubungan Internasional, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.