Elpiji ”Melon”, di Antara Selebritas dan Warga Miskin
Berawal dari unggahan video pesohor Prilly Latuconsina, elpiji 3 kilogram sedang jadi pembicaraan warganet.
Elpiji melon alias elpiji tabung 3 kilogram sedang menjadi topik hangat di kalangan warganet. Ini semua berawal dari video yang diunggah selebritas Prilly Latuconsina di akun Instagram baru-baru ini.
Prilly menggunggah video kegiatannya memasak di dapur untuk persiapan Lebaran 2024. Namun, yang menjadi heboh kemudian adalah elpiji melon yang tampak digunakan Prilly sebagai bahan bakar memasak.
Lihat juga: Penerapan Penjualan Terbatas Elpiji Bersubsidi
Sontak warganet menghujani perempuan muda itu dengan kritik. Sebagai respons, Prilly pun membuat klarifikasi sekaligus minta maaf. ”Aku sangat aware kalau gas itu memang tidak diperuntukkan bagi semua orang, terima kasih banyak kepada kalian yang sudah mengingatkan,” katanya.
Per Kamis (11/4/2024) pukul 14.30 WIB, klarifikasi itu mendapatkan 6.653 komentar. Salah satunya datang dari aku atas nama quins_bee.
”Yang bilang ‘perihal gas doang diribetin’, bukan ribet ya kawan, tapi memang gas melon, kan, itu subsidi untuk warga kurang mampu. Dan salah satu faktor gas melon langka, ya, kayak gini dipakai oleh pihak yang sebenarnya mampu,” katanya.
Bocor
Elpiji melon adalah elpiji subsidi pemerintah untuk masyarakat miskin. Sebagaimana subsidi barang lainnya, subsidi elpiji ini bocor ke mana-mana. Banyak masyarakat yang bukan kategori miskin, tetapi menggunakannya. Apalagi distribusinya bersifat terbuka.
Akibatnya, volume penyalurannya terus membengkak setiap tahun. Anggaran negara untuk menyubsidi pun juga menggelembung.
Persoalan menjadi makin pelik karena 77 persen kebutuhan elpiji dalam negeri dipenuhi dengan impor.
Persoalan menjadi makin pelik karena 77 persen kebutuhan elpiji dalam negeri dipenuhi dengan impor. Dengan demikian, beban keuangan negara menjadi kian berat. Apalagi jika nilai tukar dollar AS melonjak atau kurs rupiah anjlok.
Mengutip informasi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), konsumsi elpiji melon selama tujuh tahun terakhir melonjak 2,9 juta metrik ton (MT). Pada 2007, distribusinya mencapai 6,29 juta MT. Pada 2023, distribusinya telah menggelembung menjadi 8,0 juta MT.
Migrasi
Dari tahun ke tahun, tingkat migrasi pengguna dari elpiji nonsubsidi ke elpiji subsidi semakin tinggi. Kementerian ESDM mencatat, realisasi penyaluran elpiji subsidi pada 2020-2022 meningkat rata-rata 4,5 persen.
Sementara penyaluran elpiji nonsubsidi menurun rata-rata 10,9 persen. Pada 2023, dari total 8,6 juta ton realisasi elpiji, 8,03 juta ton di antaranya adalah elpiji 3 kg. Artinya, secara proporsi, elpiji melon dominan dengan persentase mencapai 93,3 persen.
Penyaluran elpiji nonsubsidi menurun rata-rata 10,9 persen.
Berdasarkan data Pertamina dalam rapat di Komisi VII DPR RI, pada 14 Juni 2023, tren penyaluran harian elpiji subsidi meningkat dari sekitar 23.200 ton per hari pada Januari 2021 menjadi 26.000 ton per hari pada Januari 2023.
Sebaliknya, penjualan elpiji nonsubsidi rumah tangga merosot dari sekitar 1.900 ton per hari pada Januari 2021 menjadi 1.300 ton per hari pada Januari 2023.
Disparitas harga
Dalam rapat itu juga disebutkan bahwa pendorong kondisi tersebut adalah disparitas harga jual elpiji subsidi dan elpiji nonsubsidi di penyalur/agen. Pada Januari 2021, selisih harga elpiji nonsubsidi dengan elpiji subsidi ialah Rp 7.333 per kg, tetapi kemudian terus meningkat hingga mencapai Rp 13.500 per kg pada Juli 2023.
Selama ini, berdasarkan regulasi, baik peraturan presiden maupun peraturan menteri ESDM, harga jual eceran (HJE) elpiji 3 kg di titik serah atau agen/penyalur adalah Rp 4.250 per kg atau Rp 12.750 per tabung. Sejak 2008 hingga sekarang, harga itu tak berubah. Adapun di pangkalan, harga eceran tertinggi (HET) ditetapkan oleh pemerintah daerah (pemda) masing-masing.
Baca juga: Penerapan Penjualan Terbatas Elpiji Bersubsidi
Sementara itu, harga jual elpiji 5,5 kg dan 12 kg, lantaran bukan barang subsidi, ditentukan oleh Pertamina, mengacu pada harga gas acuan kontrak (CP) Aramco. Artinya, harga jualnya akan dipengaruhi dinamika harga gas internasional.
Catatan Kompas, harga elpiji 12 kg di tingkat agen pada 2015 ialah Rp 134.000 per tabung. Sekitar delapan tahun berselang, atau per 22 November 2023, untuk Pulau Jawa-Bali, juga di tingkat agen, harga elpiji 12 kg ialah 192.000 per tabung.
Adapun harga isi ulang Bright Gas elpiji 5,5 kg di minimarket di Jabodetabek, saat ini, ialah Rp 105.000 dan Bright Gas elpiji 12 kg Rp 218.000 per tabung. Bandingkan dengan harga elpiji 3 kg, yang jauh lebih terjangkau, meski sudah di atas HET daerah masing-masing.
Di tingkat pengecer atau warung-warung di Jabodetabek, harga isi ulang elpiji 3 kg berkisar Rp 19.000-Rp 21.000 per tabung.
Terus melebarnya disparitas harga antara elpiji nonsubsidi dan elpiji subsidi membuat migrasi ke elpiji melon semakin tidak terhindarkan. Cerita warga yang mulai meninggalkan elpiji nonsubsidi dan beralih ke melon nyata di tengah-tengah masyarakat.
Baca juga: Penerapan Aturan Baru Pembelian Elpiji 3 Kg Masih Longgar
Pemerintah berulang kali menekankan, elpiji 3 kg hanya diperuntukkan bagi warga tidak mampu. Namun, selama tidak ada regulasi yang tegas untuk mengaturnya, celah ketidaktepatan sasaran selalu terbuka.
Selain itu, kondisi ini juga rentan penyalahgunaan lewat pengoplosan. Tulisan ”Hanya untuk Masyarakat Miskin” yang terpampang di tabung nyatanya bukan penghalang untuk masyarakat bermigrasi.