Pelaku Industri Optimistis Kinerja Meningkat 6 Bulan ke Depan
Penyelenggaraan pemilu bisa memicu permintaan masyarakat sehingga kinerja industri manufaktur akan meningkat.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Hasil survei Indeks Kepercayaan Industri atau IKI yang dirilis Kementerian Perindustrian menyebutkan, 62,4 persen pelaku industri optimistis kinerja enam bulan ke depan akan meningkat. Optimisme ini didasarkan bahwa penyelenggaraan pemilu bisa memicu permintaan masyarakat sehingga dibarengi kenaikan pasokan dari pelaku industri.
Mengutip hasil survei IKI Desember 2023, sebanyak 62,4 persen pelaku industri optimistis kinerja 6 bulan ke depan akan meningkat. Angka ini bertambah dibandingkan hasil survei IKI November 2023 yang sebesar 61,4 persen. Survei dilakukan kepada 3.235 pelaku industri dari berbagai skala usaha mulai dari kecil hingga besar dan berasal dari berbagai subsektor industri.
Sebanyak 24,7 persen responden menyatakan usahanya tetap stabil hingga enam bulan ke depan, ini menurun dibandingkan November yang senilai 26,7 persen. Sisanya, sebanyak 12,9 persen responden pesimistis dengan kondisi usaha enam bulan ke depan.
”Mayoritas responden yang menjawab optimistis keyakinannya akan kondisi pasar akan membaik,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni dalam jumpa pers rilis IKI Desember 2023, di Denpasar, Kamis (28/12/2023).
Ia menjelaskan, penyelenggaraan pemilu tahun depan justru dinilai oleh para pelaku usaha sebagai momentum yang mendorong permintaan di masyarakat. Selain itu, tahun depan juga akan didorong oleh banyaknya hari libur dan hari besar keagamaan yang juga meningkatkan konsumsi masyarakat. Alhasil pelaku industri pun akan ikut meningkatkan pasokan sehingga terjadi peningkatan produksi.
Berdasarkan optimisme dunia usaha itu, Febri mengatakan, pihaknya memperkirakan IKI pada 2024 juga akan tetap berada pada di atas level 50 poin atau pada level ekspansif. Hal itu ditandai dengan kapasitas produksi dan pesanan baru yang meningkat. Level IKI di bawah 50 poin menandakan kontraksi atau kebalikan dari ekspansif.
Pada Desember 2023, IKI berada pada level 51,32, turun 1,11 poin dibandingkan November 2023. Namun, nilai IKI ini meningkat 0,42 poin dibandingkan Desember 2023 yang sebesar 50,90. Walau turun, IKI yang tetap berada di atas 50 mengindikasikan dunia usaha masih terus ekspansif.
Febri menjelaskan, perlambatan IKI pada Desember ini dipengaruhi oleh penurunan nilai IKI pada 17 subsektor industri pengolahan nonmigas. Kemudian, semua variabel pembentuk IKI mengalami penurunan, yaitu variabel pesanan baru turun 1,41 poin menjadi 53,44, variabel produksi turun 0,64 poin menjadi 53,86 dan variabel persediaan produk yang masih mengalami kontraksi dan mengalami penurunan nilai IKI sebesar 1,08 poin menjadi 42,21.
Kondisi ini, lanjut Febri, menunjukkan terjadi tren peningkatan persediaan/stok produk pada industri pengolahan yang merata hampir di semua subsektor. Dari 23 subsektor industri pengolahan nonmigas, hanya dua subsektor yang variabel persediaannya mengalami ekspansi karena stok tersalurkan ke pasar.
Dihubungi secara terpisah, Kamis, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, pelaku industri tentu tetap optimistis dan ekspansif pada produksi sektor manufaktur sepanjang 2023. Nilai IKI yang selalu melewati 50 poin menunjukkan, kondusif dan ekspansi.
Survei Apindo juga menemukan, pelaku usaha masih tetap optimistis melakukan ekspansi usaha dan investasi hingga tahun depan meskipun terdapat tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi karena transisi kepemimpinan atau pemilu. Selain itu, juga ada faktor ketidakpastian global yang menurunkan kinerja ekspor.
Dalam enam bulan ke depan, Shinta mengatakan, pihaknya melihat potensi peningkatan permintaan pasar terhadap produk manufaktur masih cukup tinggi, khususnya karena konsumsi yang bisa diciptakan oleh aktivitas kampanye pemilu. Tidak hanya itu, juga ada momen Imlek, Ramadhan, dan Idul Fitri dalam enam bulan ke depan.
”Ekspansi di tahun depan masih cukup besar selama stabilitas dan kepastian iklim usaha/investasi nasional bisa dipertahankan dan pasar domestik juga dijaga agar tidak mengalami pelemahan daya beli,” ujar Shinta.