Madison Keys berada di antara petenis top pada semifinal WTA Madrid. Dia harus mencari cara mengalahkan Iga Swiatek.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
MADRID, RABU — Permainan agresif dan lapangan tanah liat La Caja Magica Madrid, Spanyol, yang berkarakter cukup cepat dinilai sebagai perpaduan yang pas bagi Madison Keys. Namun, sejak debut pada 2013, baru kali ini Keys menembus semifinal dan dia harus mencari cara untuk menghentikan laju Iga Swiatek.
Pertemuan Keys dengan tunggal putri nomor satu dunia itu akan berlangsung Kamis (2/5/2024) sore waktu setempat atau malam waktu Indonesia. Keys akan merasakan persaingan level tersebut di Madrid untuk pertama kalinya setelah hanya bisa bertahan hingga babak ketiga sebagai hasil terbaik.
Semifinal itu juga hanya menjadi semifinal keenam pada level WTA 1000. Petenis berusia 29 tahun yang menjalani dunia tenis profesional sejak 2009 tersebut baru memiliki satu gelar juara dari turnamen WTA 1000, yaitu dari Cincinnati 2019.
Pada turnamen WTA 1000 di lapangan tanah liat, hasil terbaik finalis Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2017 itu adalah ketika tampil di final WTA Roma 2016 saat berhadapan dengan Serena Williams.
Lapangan tanah liat, yang umumnya berkarakter lambat, tidak terlalu cocok dengan Keys yang memiliki gaya permainan agresif. Itu juga yang disadarinya setiap kali bermain di WTA Madrid, meski banyak orang mengatakan bahwa turnamen itu cocok untuknya.
Namun, apa yang dirasakannya pada tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dia merasa nyaman tampil dalam persaingan WTA Madrid yang sebenarnya digelar di lapangan berkarakter agak cepat dibandingkan lapangan tanah liat lain. Ini terjadi karena lapisan udara di La Caja Magica lebih tipis sehubungan Madrid berada pada ketinggian 646 meter di atas permukaan laut, lebih tinggi dibandingkan Roma (21 mdpl) dan Paris (35 mdpl) yang juga menggelar turnamen tanah liat.
Keys mengatakan, perbedaan pada dirinya saat ini dan bertahun-tahun sebelumnya adalah faktor kedewasaan. Dia tidak menuntut dirinya dengan keras untuk menang, melainkan lebih menikmati setiap kesempatan. ”Dengan cara seperti itu, saya justru bisa melangkah lebih jauh,” ujar Keys dalam laman resmi WTA.
Di lapangan, pola pikir itu menghasilkan kemenangan meski dia harus menjalani pertandingan ketat. Keys menang atas sesama petenis AS peringkat ketiga dunia, Cori Gauff, pada babak keempat. Pada perempat final, dia bangkit setelah tak diberi kesempatan oleh Ons Jabeur untuk memenangi satu gim pun pada set pertama. Keys mengalahkan Jabeur dengan skor 0-6, 7-5, 6-1.
Setelah mengalami cedera bahu, Keys mengubah cara bermainnya agar tak selalu mengandalkan pukulan keras dari baseline. Dia lebih memvariasikan pukulannya.
Tes untuk adaptasi itu akan dijalani saat melawan Swiatek, petenis tangguh di lapangan tanah liat. Swiatek adalah tiga kali juara Perancis Terbuka dan dua kali juara WTA Roma. Dia punya motivasi menjuarai WTA Madrid untuk pertama kalinya setelah kalah dari Aryna Sabalenka di final 2023.
Untuk itu, Keys akan memosisikan dirinya sebagai underdog meski dia mengalahkan Swiatek pada pertemuan terakhir yang terjadi di WTA Cincinnati 2022. Swiatek juga pernah pada posisi tersebut ketika menjalani debut di Madrid pada 2021 dan dia hanya bertahan hingga babak ketiga.
Kini, ketika menjadi favorit juara, dia harus beradaptasi dengan ekspektasi orang lain dan itu tidak mudah. Swiatek pernah merasa tertekan dengan statusnya sebagai petenis nomor satu dunia hingga dia bertanya pada Roger Federer cara mengatasinya.
Jika Swiatek kembali melaju ke final, dia akan bertemu salah dari rival beratnya, yaitu Sabalenka atau Elena Rybakina yang bersaing pada semifinal lain. Sabalenka mengalahkannya pada final WTA Madrid 2023, sedangkan Rybakina mengalahkan Swiatek pada final WTA 500 Stuttgart dua pekan lalu.
Rybakina mendapatkan tiket semifinal setelah mengalahkan sesama petenis Kazakhstan, Yulia Putintseva, 4-6, 7-6 (4), 7-5. Rybakina, yang memiliki tiga gelar juara pada 2024, harus bertanding selama dua jam 48 menit untuk memenangi perempat final pada Kamis dini hari waktu Indonesia itu.
Sementara Sabalenka untuk pertama kalinya menang dalam dua set setelah selalu bertanding tiga set pada tiga babak sebelumnya. Dia mengalahkan petenis berusia 17 tahun, Mirra Andreeva, 6-1, 6-4.
Rekam jejak pertemuan Rybakina dan Sabalenka seharusnya membuat persaingan di Madrid berlangsung ketat. Sabalenka unggul 5-3, tetapi dia kalah telak 0-6, 3-6 pada pertemuan terakhir yang terjadi pada final ATP Brisane. Pertemuan Rybakina dan Sabalenka nanti menjadi persaingan pertama mereka di lapangan tanah liat.
Sinner dan Alcaraz gagal
Pada persaingan tunggal putra di tempat yang sama, dua unggulan teratas ”menghilang” pada babak yang sama, yaitu perempat final. Unggulan teratas, Jannik Sinner, batal bertanding melawan Felix Auger-Aliassime karena mengalami cedera pinggul kanan.
”Rasa sakit di pinggul mengganggu saya selama pekan ini dan terasa semakin sakit. Saya harus mengikuti saran dokter untuk tidak meneruskan pertandingan agar cederanya tidak bertambah parah,” ujar Sinner melalui akun media sosialnya.
Sementara Alcaraz tak jadi menciptakan hat-trick juara di Madrid Masters karena kalah dari Andrey Rublev 6-4, 3-6, 2-6. Penonton tuan rumah pun kembali kehilangan jagoan mereka setelah sehari sebelumnya, Rafael Nadal, kalah pada babak keempat.
Hasil tersebut membalas kemenangan Alcaraz atas Rublev pada babak penyisihan grup turnamen Final ATP 2023. Dalam semifinal, Rublev akan berhadapan dengan Taylor Fritz yang menang atas Francisco Cerundolo 6-1, 3-6, 6-3. Alcaraz mengatakan, saat bertanding, fokusnya masih sering teralihkan pada cedera lengan kanan yang membuatnya absen di Monte Carlo Masters dan ATP 500 Barcelona. (AP/AFP)